para ilmuan jepang terus menganalisa dan meneliti ,mengapa bencana gempa bisa terjadi.
baru-baru ini mereka mencoba dan menemukan teori baru tentang prediksi datangnya gempa.
Inikah Cara Prediksi Gempa yang Tepat?
dailymail.co.uk
dailymail.co.uk
Gempa merupakan bencana yang tak bisa diprediksi siapa pun atau alat apa pun. Namun ilmuwan menemukan hal mengejutkan yang mungkin bisa menjadi alat prediksi. Apa itu?
Atmosfer di atas episentrum gempa Jepang lalu memanas secara signifikan beberapa hari sebelum bencana pecah.
Sebelum bencana (11/3), total konten elektron atmosfer yang disebut ionosfer meningkat secara dramatis tepat di atas episentrum gempa dan mencapai tingkat maksimal tiga hari sebelum gempa melanda.
Diyakini, saat sebelum gempa, tekanan pada lempeng geologi di kerak Bumi menyebabkan sejumlah besar gas radon keluar. Gas radioaktif inilah yang mengionisasi udara. Kemudian, gas ini membuat molekul air di udara berkondensasi menjadi air.
Panas berlebih dalam bentuk radiasi inframerah ini tercatat butuh tiga hari sebelum akhirnya gempa berkekuatan 9 Skala Richter (SR) pecah.
“Hasil pertama satelit pada 8 Maret, radiasi inframerah memancar cepat,” ungkap ilmuwan Dimitar Ouzounov dari NASA Goddard Space Flight Centre di Maryland, Amerika Serikat (AS).
Mengingat Jepang merupakan ‘titik panas’ gempa, ilmuwan membuat stasiun pengawas atmosfer dan menggunakan satelit guna mengukur keadaan atmosfer sebelum gempa. Besar harapan temuan ini bisa digunakan memprediksi gempa. [mor]
sumber: Inilah.com
Sebelum bencana (11/3), total konten elektron atmosfer yang disebut ionosfer meningkat secara dramatis tepat di atas episentrum gempa dan mencapai tingkat maksimal tiga hari sebelum gempa melanda.
Diyakini, saat sebelum gempa, tekanan pada lempeng geologi di kerak Bumi menyebabkan sejumlah besar gas radon keluar. Gas radioaktif inilah yang mengionisasi udara. Kemudian, gas ini membuat molekul air di udara berkondensasi menjadi air.
Panas berlebih dalam bentuk radiasi inframerah ini tercatat butuh tiga hari sebelum akhirnya gempa berkekuatan 9 Skala Richter (SR) pecah.
“Hasil pertama satelit pada 8 Maret, radiasi inframerah memancar cepat,” ungkap ilmuwan Dimitar Ouzounov dari NASA Goddard Space Flight Centre di Maryland, Amerika Serikat (AS).
Mengingat Jepang merupakan ‘titik panas’ gempa, ilmuwan membuat stasiun pengawas atmosfer dan menggunakan satelit guna mengukur keadaan atmosfer sebelum gempa. Besar harapan temuan ini bisa digunakan memprediksi gempa. [mor]
sumber: Inilah.com
Tag :
IPTEK
